7 Karya Sapardi Djoko Damono yang Wajib Dibaca
7 Karya Sapardi Djoko Damono yang Wajib Dibaca - Indonesia kehilangan penyair terbaiknya pada hari Minggu (19/7) lalu. Sapardi Djoko Damono yang biasa kita kenal dengan puisi-puisinya wafat pada usianya yang ke-80 tahun. Sebagian dari kita mungkin mengenal puisi terbaik Sapardi Djoko Damono dari buku teks pelajaran bahasa Indonesia, misalnya "Aku Ingin", "Hujan Di Bulan Juni", Yang "Fana Adalah Waktu", dan masih banyak lagi.
Namun, selain beberapa puisi tersebut, ada banyak karya Sapardi Djoko Damono lainnya yang wajib dibaca, contohnya adalah sebagai berikut.
1. Hujan Bulan Juni

Bisa dibilang Hujan Bulan Juni adalah karya Sapardi Djoko Damono yang paling fenomenal. Pada hari wafatnya beliau, banyak sekali yang mengutip puisinya. Tak hanya itu, banyak yang menyandingkan dengan fakta bahwa hujan 'kesedihan' ternyata datangnya di bulan Juli (beliau wafat bulan Juli). Misalnya saja:
Ia berpuisi tentang hujan di bulan juni, nyatanya, hujan justru deras di bulan juli. Selamat jalan maestro puisi Pak Sapardi. 😭
— Alexander Thian (@aMrazing) July 19, 2020
Hujan air mata di bulan Juli. Selamat jalan Pak Sapardi Djoko Damono.
— Adib Hidayat (@AdibHidayat) July 19, 2020
📷 Darwis Triadi pic.twitter.com/GEBr2PM1Bf
Selain merupakan kumpulan puisi, Hujan Bulan Juni juga telah ditulis versi novelnya dan diangkat ke layar lebar. Novel yang ditulis hanya dalam waktu enam bulan ini berkisah tentang kisah cinta Sarwono dan Pingkan, gadis Jawa-Manado. Keduanya dihadapkan dalam hubungan jarak jauh yang romantis dengan musim kondisi hujan di musim kemarau sebagai latarnya. Novel Hujan Bulan Juni ini juga merupakan trilogi. Dua judul novel setelahnya yang perlu kamu baca, yaitu Pingkan Melipat Jarak dan Yang Fana Adalah Waktu.
2. Duka-Mu Abadi

Ada yang pernah baca kumpulan puisi yang berjudul Duka-Mu Abadi ini? Berisi 43 puisi yang ditulis pada rentang tahun 1967 hingga 1968, kumpulan puisi ini banyak menghadirkan pengalaman manusiawi, termasuk saat sedih dan berduka. Salah satu puisi terbagus Sapardi Djoko Damono yang ada dalam buku ini adalah:
Kita Saksikan
kita saksikan burung-burung lintas di udara
kita saksikan awan-awan kecil di langit utara
waktu itu cuaca pun senyap seketika
sudah sejak lama, sejak lama kita tak mengenalnya
di antara hari buruk dan dunia maya
kita pun kembali mengenalnya
kumandang kekal, percakapan tanpa kata-kata
saat-saat yang lama hilang dalam igauan manusia
3. Mantra Orang Jawa

Salah satu kumpulan puisi terbaik di Indonesia adalah Mantra Orang Jawa. Buku yang baru saja dicetak ulang ini memuat banyak 'mantra' yang mengandung nilai-nilai kultural, spiritual, hingga hubungan dengan alam.
4. Pada Suatu Hari Nanti & Malam Wabah

Sapardi Djoko Damono tidak hanya lihai dalam menulis puisi lho! Beliau juga pernah menerbitkan beberapa kumpulan cerpen, salah satunya Pada Suatu Hari Nanti & Malam Wabah. Buku terbitan Bentang Pustaka ini menerbitkan dua judul itu dalam satu cetakan. Ceritanya banyak yang diangkat dari kisah keseharian, tetapi menyoroti benda mati tertentu, misalnya cerpen yang berjudul "Rumah-Rumah" atau "Sepasang Sepatu Tua". Ada juga cerita tentang pagebluk yang melanda sebuah desa yang sepertinya cocok untuk dibaca saat ada wabah Corona seperti sekarang.
Baca Juga: 7 Novel Tere Liye Terbaru yang Wajib Dibaca
5. Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang

Sebelum wafat, Sapardi Djoko Damono juga pernah berkolaborasi dengan penulis muda bernama Rintik Sedu. Keduanya merilis buku puisi berjudul Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang. Konsep buku ini terbilang unik sebab kedua penulisnya berbalas puisi sehingga pembaca bakal menebak-nebak mana yang ditulis Sapardi dan mana yang ditulis oleh Rintik Sedu.
6. Pengarang Telah Mati: Segenggam Cerita

Salah satu kumpulan cerita pendek lain yang wajib dibaca adalah Pengarang Telah Mati: Segenggam Cerita. Sebagian di antaranya lebih mirip prosa, atau bahkan monolog. Meski begitu, cerita di dalamnya tergolong wajib dibaca sebab konon ditulis secara spontan oleh almarhum dan mencoba mengaburkan batas antara imajinasi dan realitas.
7. Priayi Abangan: Dunia Novel Jawa Tahun 1950-an

Sekali-sekali coba baca tulisan Sapardi Djoko Damono yang nonfiksi deh, seperti yang satu ini. Sebenarnya ini adalah disertasi penulis yang juga guru besar Universitas Indonesia. Isinya merupakan pengamatan beliau terhadap salah satu dikotomi dari sekian banyak dikotomi yang ada di dunia sastra Indonesia, yakni priayi dan abangan. Lebih lanjut, Sapardi juga menyimpulkan, "Sastra Jawa modern adalah sastra terjepit." Beliau berusaha menyoroti kecenderungan pengarang Jawa di era 1950-an yang mulai beralih dan menulis sastra modern, sementara di sisi lain masih terpengaruh secara kultural oleh sastra tradisional. Berwawasan banget deh isinya!
Baca Juga: 20 Quote Tere Liye yang Paling Sering Dijadikan Caption
Itulah tadi ketujuh karya Sapardi Djoko Damono yang direkomendasikan untukmu. Selamat jalan, Sapardi Djoko Damono. Waktu boleh fana, tapi karyamu abadi. Dukung beliau dengan baca karyanya yang legal ya, bukan bajakan! Baca juga novel Indonesia tanpa download novel pdf bajakan di aplikasi Cabaca. Ada kok di Play Store, gratis lagi! Cukup lakukan misi kerang aja kalau mau mendapatkan kerang gratis dan baca novel gratis sepuasnya! [Asya]