Novel Merebut Calon Istri Ayahku by Dwi Sartika Juni

Novel Merebut Calon Istri Ayahku by Dwi Sartika Juni Biasanya Dand tidak pernah peduli pada kegiatan kawin cerai ayahnya. Dand juga tidak peduli pada obsesi Ryan yang menikahi perempuan hanya untuk mendapatkan keperawanan mereka. Tapi, saat calon istri ke sembilan Ryan dibawa pulang ke rumah mereka, Dand langsung merasa ada yang berbeda dari perempuan itu.

Apalagi setelah mengetahui alasan Shin menerima tawaran Ryan. Ditambah perasaan yang perlahan muncul di antara mereka membuat Dand tidak bisa tinggal diam. Rasanya, Dand tidak rela menghadapi kenyataan bahwa Shin akan menjadi ibu tirinya.

Hanya satu yang bisa Dand lakukan untuk menyelamatkan Shin.

Melanggar syarat utama menjadi calon istri ayahnya.

Tentu, membuat Shin tidak lagi perawan.

Bab 1 Novel Merebut Calon Istri Ayahku

“Berbalik, telungkup. Lalu buka kedua kakimu lebar-lebar.”

Karena dituruti dengan cepat, Dand Atlanta tersenyum menang dalam hati. Sahabat sekaligus rekan untuk urusan seks memang cuma Renee Melrose yang terbaik.

“Begini?” Berakting seolah lugu, Renee berbaring telungkup setengah tubuh bagian atasnya berada di meja kerja Dand. Dia juga melebarkan kedua kakinya, menoleh pada sahabatnya yang menunggu di belakangnya. “Aku siap.”

Dand langsung memegangi pinggul Renee dan mulai mengentak. Menghujam sedalam yang dia bisa.

“Dand, lebih dalam lagi.” Renee menggigit bibir bawahnya. Bos sekaligus teman lamanya itu memang luar biasa perkasa. Tidak pernah membuatnya kecewa sekali pun.

“Bersiap—”

“Dand! Kau di dalam?” Gagang pintu diputar-putar oleh Rick Winter dari luar.

“Sembunyi, Renee. Sekarang,” bisik Dand setengah panik. Ini adalah rahasia bagi semua orang, termasuk Rick Winter, sahabat mereka.

“Di ma—”

“Ya, sebentar!” Dand meninggalkan mejanya sambil mengancingkan kembali celananya. Menyela Renee yang kebingungan dan kesal setengah hidup karena percintaan mereka terganggu.

Renee mengambil gerakan terburu-buru dengan membawa tubuhnya bersembunyi di kolong meja kerja Dand.

Pintu terbuka. Rick Winter keheranan, tapi tidak ambil pusing. Cuma satu saja pertanyaannya. “Sekarang kau punya ruang pribadi?”

Menahan napas sejenak, Dand bermaksud untuk mengatur napasnya dengan senyum keberatan. “Sesekali aku melarang kehidupan di dalam diketahui oleh orang luar.”

Rick abai akan penjelasan rumit, meski sederhana sekali pun, dia tidak mau ambil peduli. “Aku butuh sesuatu.”

“Sudah pasti begitu, karena kau tampak terburu-buru untuk menemuiku.” Sekilas, Dand melirik ke arah kolong meja yang dinding depannya tertutup sampai lantai. Bagus sekali bahwa sejak awal dia melakukan pemesanan terhadap meja itu dari usulan pria di depannya ini. “Jadi, apa yang kau butuhkan?”

Keduanya duduk di sofa panjang yang ada di tengah ruangan. Sama-sama gelisah.

“Pendapatmu.”

Okay. Ini seringkali terjadi. Rick mungkin dihantui oleh setan plin plan setiap kali dia ingin mengambil sebuah keputusan.

“Aku ingin berhenti bekerja mengurus bisnis properti ayahmu. Bagaimana pendapatmu mengenai hal itu?”

“Jika kau mulai bosan, berhenti saja.”

“Semudah itu?” Rick tidak pernah habis heran untuk sikap Dand yang semaunya. Namun di situlah letak keuntungannya berteman dengan Dand Atlanta. Dand bisa menjadi tameng yang sangat berguna bila dibutuhkan dalam keadaan mendesak.

“Wajar saja kau bosan. Sudah lebih dari tiga tahun menjadi bawahan ayahku.”

“Kau tidak tanyakan alasannya?” Berharap ditanyai, Rick bersiap buka mulut jika Dand menginginkannya.

“Oh, jadi bukan karena bosan?” Menyembunyikan bahasa tubuhnya yang mendadak ingin disentuh wanita di kolong meja, Dand berdiri dan berjalan ke arah meja kerjanya. Tidak memutus pembicaraan dan kontak mata.

“Bukan. Jelas bukan. Ayahmu membayarkan gajiku lebih dari yang seharusnya. Pekerjaannya pun tidak seberat dugaanku saat awal memulai.”

Dand sudah duduk kembali di kursinya dengan tangan nakal Renee yang perlahan melebarkan kedua kakinya dari bawah.

Ouch! Mendadak dia merasa ngilu. Renee selalu menggebu-gebu tiap kali mereka bercinta. Bahkan pemanasannya tidak pernah gagal. Selalu membuatnya berhasil terbang setinggi-tingginya.

Renee bisa seluasa memberinya kenikmatan di bawah sana, tapi ada ‘imbalan’ yang harusnya dia berikan setelah ini. Wanita itu tidak senang jika cuma Dand yang puas.

“Jadi, apa masalahnya, Kawan?” Memegang tepian meja untuk memperkuat serangan di bawah, Dand sebisa mungkin mengenyahkan Rick secepatnya dari sini. Meski sensasi dari apa yang diberikan Renee jelas membutakannya sesaat. Mengacaukan isi pikirannya.

Rick tidak menemukan hal ganjil di depannya. Baginya, deritanya saat ini yang paling utama. Beragam perasaan yang bercampur dengan emosi. “Aku marah pada seorang wanita yang menyewa salah satu rumah ayahmu. Dia menolak cintaku. Tiga kali, Dand. Tiga kali.”

Sesaat, Renee di bawah sana berhenti mengulum. Dia bermaksud tertawa, tapi urung karena sedang bersembunyi di sini. Lagi pula, mendengarkan suara bergetar Rick yang menahan amarah terdengar langka baginya. Rick Winter itu pria ceria, ramah dan bersahaja. Nilai plusnya tentu saja, jarang sekali marah dengan emosi yang meledak-ledak.

“Wah, wanita itu cari mati, ya? Mau kuapakan dia untukmu?” Kesadaran Dand kembali sepenuhnya. Bukan sebab mendengar curahan kekesalan Rick, tapi karena mulut Renee yang berhenti bekerja pada kejantanannya.

“Hoo, jangan, jangan. Aku tidak bermaksud sampai ke sana.” Rick spontan bereaksi keras. Dia melambaikan kedua tangannya dengan panik. Wanita yang menolak cintanya memang telah membuatnya sakit hati, tapi dia yang bertindak terlewat batas jauh lebih memberi dampak buruk bahkan untuk dirinya sendiri, nantinya.

Renee lega bahwa Rick tidak setuju untuk menerima bantuan dari Dand. Pria yang sedang dipuaskannya ini sulit ditebak isi kepalanya. Hanya dia dan Rick yang bertahan sejauh ini berada didekatnya untuk melihat langsung Dand tanpa topengnya.

Dand menurunkan tangan kanannya ke bawah meja. Meraba dan merasakan kuluman lanjutan yang sempat tertunda. Merasa menang, dia terlihat tenang dibalik meja kerjanya. “Jadi, apa sebenarnya yang kau inginkan?”

Rick cuma butuh orang lain, terutama salah satu sahabatnya untuk mencarikan jawaban, membantunya mengambil keputusan. Sebab jika dia merasa menyesal, dia cuma perlu melimpahkannya pada mereka. Memang nantinya akan ada perdebatan di antara ketiganya, tapi Dand si pemilik kuasa akan menenangkannya yang entah bagaimana, selalu berhasil.

“Berikan pendapatmu. Aku cuma butuh itu.”

“Jangan berhenti. Tetaplah bekerja pada ayahku jika kau memang tidak bosan. Tapi, katakan pada ayahku untuk membuatmu tidak mengurusi lagi rumah wanita yang menolak cintamu itu.”

Rick diam sejenak. Setuju atau tidak, dia selalu percaya pada Dand atau Renee untuk mengambilkan keputusan yang tepat, setiap kali dia membutuhkan itu dari mereka. Terlepas dari kata menyesal yang sebelumnya dia pikirkan.

“Baiklah. Aku pergi dulu.” Berdiri dari duduknya, Rick menatap Dand sekilas tanpa pernah curiga sampai akhir.

“Okay.” Dand melambai. Pengganggu bersiap pergi. Dia belum menunduk ke kolong meja, tapi kedua tangannya menangkap kepala Renee untuk ditekan lebih dalam. Ini saat-saat terbaik.

“Tapi, Dand ...” Rick berhenti dengan tangan memegang gagang pintu, berbalik dan berkata, “aku mencium aroma parfum Renee.”

“Oh, ya. Tadi dia ke sini. Sekarang mungkin di dapur.”

Rick mengangguk, percaya begitu saja dan tidak peduli. Indera penciumannya memang tajam, tapi tidak peka terhadap keadaan. Dand selalu memanfaatkan ketidakpekaan sahabatnya itu untuk menyentuh Renee diam-diam selagi mereka berkumpul bertiga. Rick tidak pernah curiga sama sekali. Sampai detik ini.

Pintu ditutup akhirnya. Dand tertawa pelan karena bersembunyi dari Rick Winter, ternyata jauh lebih sulit. Sampai saat ini mereka memang selalu berhasil.

“Wuuaah! Aku hampir kehilangan ruang untuk bernapas.” Keluar dari bawah kaki Dand, Renee mengambil dan mengembuskan napas pelan-pelan. “Kita harus melakukannya di tempat lain.”

Dand mengangguk. Situasi sudah tidak mendukung. Waktu jam makan siang para karyawan sudah habis. Kafe Blackmoon—kafe milik Dand—akan segera ramai kembali.

“Rumahku setelah jam kerja.”

Renee mengangguk. Mencium bibir Dand tanpa permisi. Bahkan menghisap leher pria itu sejenak sebelum akhirnya pergi.

***

“Sayang, pelanlah. Kumohon. Ini pertama kalinya untukku.” Lathania Russel, si istri ke delapan dari Ryan Atlanta, mengeluh dengan wajah menahan kesakitan.

Ryan mengerutkan kening. Pertanda bahwa dia tidak senang akan keluhan seperti itu. Berbeda dari apa yang dia lihat dan nilai selama ini sebelum menikahi Lathania.

“Apa ini tidak cukup pelan untukmu?”

Currant : Merah jingga tua dengan sedikit warna hitam. Warna yang menggambarkan hubungan antara Dand dan Renee.

Jangan lagi download pdf novel bajakan, karena di aplikasi Cabaca kamu bisa baca novel online gratis dan original. Ada banyak novel seru yang bisa diikuti, mulai dari novel dewasa, novel tentang perselingkuhan, atau novel tentang pernikahan. Yuk, buktikan keseruannya dengan pasang aplikasi Cabaca di HP kamu. Tersedia di Google Play, GRATIS.

Baca Juga Novel Serupa Merebut Calon Istri Ayahku: