Perbedaan Genre High Fantasy dan Low Fantasy yang Penulis Wajib Tahu
Perbedaan Genre High Fantasy dan Low Fantasy-Ada banyak sekali genre dalam karya satra, diantaranya adalah genre high fantasy dan low fantasy. Lalu sebenarnnya apa sih maksud dari genre fantasi?
Perbedaan Genre High Fantasy dan Low Fantasy
Berikut adalah beberapa perbedaan genre high fantasy dan low fantasy yang perlu kamu tahu!

Pengertian Genre Fantasi
Genre fantasi adalah genre yang menggambarkan dunia khayalan dan biasanya tidak benar-benar terjadi di dunia nyata. Kekuatan utama dari cerita fantasi adalah imajinasi. Penulis yang biasanya suka dengan genre fantasi mengandalkan keliaran pikiran dalam menciptakan ataupun mengolah sesuatu untuk menjadi hal baru dan unik.
Secara garis besar, genre fantasi dibedakan menjadi dua, yakni high fantasy dan low fantasy. Apa perbedaan genre high fantasy dan low fantasy?
Baca Juga : 7 Tips Menulis Cerita Horor, Biar Viral!
Perbedaan Genre High Fantasy dan Low Fantasy
Berikut adalah beberapa perbedaan genre high fantasy dan low fantasy yang perlu kamu pahami:
Sesungguhnya definisi dari high fantasy dan low fantasy masihlah diperdebatkan. Namun, yang paling populer dan sering dijadikan rujukan adalah definisi Stefan Ekman (2013), yakni:
Low Fantasy merupakan cerita fiksi-fantasi yang terjadi di dunia primer. Sedangkan High Fantasy adalah cerita fiksi-fantasi yang terjadi di dunia sekunder.
Dunia primer adalah kehidupan nyata dari manusia. Tentunya yang dimaksud disini adalah kehidupan manusia yang biasa-biasa saja, sebagaimana manusia normal pada umumnya.
Sedangkan dunia sekunder merupakan dunia yang tidak pernah ada dalam kehidupan nyata. Dunia ini biasanya penuh dengan keajaiban, semisal pohon yang bisa bergerak, hewan-hewan berbicara dan dunia ini terbangun diluar dari dunia nyata. Artinya dunia tersendiri, yang mana juga mempunyai peraturan, bahasa, budaya dan lain-lainnya sendiri.
Contoh Genre Fantasy
Contoh genre fantasi low adalah Percy Jackson. Percy Jackson adalah pemuda berusia dua belas tahun, penderita disleksia dan hampir dikeluarkan dari sekolah. Suatu hari Percy diberitahu kalau dia adalah putra dewa Poseidon.
Setelah mengetahui rahasia kelahirannya, kehidupan Percy tidak sama lagi. Dia mempunyai banyak sekali petualangan-petualangan seru, yang membuatnya harus menjelajahi banyak kota.
Sementara contoh fantasi high yang terkenal adalah karya J. R. R. Tolkien, seperti The Hobbit dan The Lord of the Rings. Micin mau ambil satu contoh, ya. Semisal The Hobbit. The Hobbit diawali dari kehidupan hobbit bernama Bilbo Baggins yang biasa-biasa saja.
Lalu suatu hari datanglah Gandalf, sang penyihir. Bersama para kurcaci dan Gandalf, Bilbo pun melakukan petualangan untuk menemukan Kerajaan Erebor. Dalam perjalanan itu pula, Bilbo menemukan cicin emas yang akan mengubah hidupnya untuk selamanya.
Meskipun demikian, kalau kita perhatikan, batasan novel genre fantasi bisa terasa kabur sekali. Contohnya adalah Narnia karya C. S. Lewis. Dikisahkan bahwa empat bersaudara, yaitu Peter, Susan, Edmund dan Lucy menemukan dunia dari balik lemari. Dunia itu adalah Narnia. Dunia ajaib itu sekarang dipimpin oleh penyihir putih jahat. Dan menurut ramalan, keempat saudara tersebutlah yang bisa menyelamatkan Narnia.
Dari sinopsis singkat Narnia dapat diketahui bahwa fokus utama dari cerita tersebut adalah dunia perpindahan. Apakah dapat digolongkan menjadi high fantasy atau low fantasy? Ada banyak perdebatan mengenai hal tersebut karena adanya batas pengkaburan. Tentunya hal ini juga menjadi hal menarik dari cerita itu sendiri.
Baca Juga: Trik dan Tips Menulis dengan Gaya Story Telling, Cerita Makin Ngena!
Ngomong-ngomong bagi kamu penyuka genre fantasi, baik penulis ataupun pembaca, di Cabaca kamu bisa menemukan beragam cerita fantasi yang seru. Berbeda dengan platform baca novel digital yang lain, seluruh novel-novel yang diterbitkan Cabaca telah lolos kurasi. Jadi, dijamin kamu akan mendapat pengalaman membaca yang lebih baik! Kamu baca melalui website Cabaca di sini.